Salam Pemberdayaan Yes, Penggusuran No ! DPD APKLI Surabaya 2011-2014

Sabtu, 17 September 2011

Modal Gerobak Bekas Kini miliki 36 Outlet


Bermodalkan nekat, Dian Purwaningtyas tak patah menelusuri jalur usaha yang penuh dengan rintangan berat.Alhasil,sebuah usaha kuliner yang telah ia impikan sejak lama mampu terwujud. Panganan Meksiko yang ia beri nama Mr Tacoz kini telah menyebar lewat 36 outlet yang ada di 16 kota di Indonesia.
Kesibukan tampak menyeruak di ruang yang tak seberapa luas.Empat orang dengan lincah mencampur berbagai bumbu yang menebar aroma rempah. Bertempat di rumahnya di Rungkut Mapan Tengah itulah,panganan Mr Tacos diramu oleh Dian Purwaningtyas bersama para karyawannya. Sehari-hari,ia harus menyiapkan bumbu dan bahan makanan Meksiko untuk dikirimkan ke 36 outlet franchise miliknya ini.

Namun, bagi ibu muda 30 tahun ini usahanya belum bisa dikata sukses.“Ini masih menapaki jalan baru menuju kesuksesan,”ujarnya. Berjualan makanan memang tak bisa dibilang mudah.Untuk menjadi seperti saat inipun Dian telah melewati kejatuhan berkalikali.“ Kuncinya harus bisa bangkit dan tak mau menyerah,”ucap wanita berkacamata ini.

Usaha untuk mewujudkan Mr.Tacoz inipun Dian mulai sejak masih duduk di bangku kuliah. “Yang terpikir dulu hanyalah ingin membuat kafe dengan makanan yang unik. Sampai-sampai sebelum Mr. Tacoz saya pernah nekat membuka kafe serba makanan Jepang di Malang sekitar lima tahun lalu,”katanya.Meski tak memiliki modal Dian mencari pemodal yang mau diajaknya bekerjasama. Namun sayangnya usaha ini tak berjalan mulus.

Pasalnya empat investor yang mendanainya menuntut hasil dengan cepat tanpa bekerja sedikitpun.Padahal dalam perjanjian semua investor harus mau turun tangan membantu berjalannya kafe hingga mapan. Baru tujuh bulan berjalan, kafe yang ia beri nama Funky Dorayaki terpaksa harus gulung tikar.“Padahal waktu itu sudah ada laba bersih Rp 1 juta setelah menutup begitu banyak hutang,”kisahnya.

Dengan berat hati,Dian terpaksa menjual kafe beserta semua aset termasuk karyawannya. Tak lama Dian mengetahui kafe miliknya berubah menjadi restoran yang tak bertahan lama pula.Hingga kini Dian hanya menyimpan rapi papan nama usaha pertamanya itu. Setelah kejatuhan pertamanya,lulusan Fakultas Biologi Universitas Brawijaya ini tak begitu saja menyerah. Meskipun terpaksa harus menanggung kerugian besar.

“Waktu itu saya selalu aktif mencari menu lewat internet dan tertarik dengan makanan Meksiko yang bernama taco. Pasalnya makanan yang hampir mirip kebab Turki ini belum ada di Indonesia,”tutur Dian.Taco Bell saja,lanjutnya, sebagai restoran cepat saji taco sama sekali tak melirik Indonesia.Padahal dua resto cepat saji rekanan Taco Bell sudah menyebar luas di seluruh Indonesia.

Mencium peluang besar, Dian akhirnya nekat.Wanita yang sama sekali tak bisa memasak ini mencoba membuat taco dengan resep dari internet.“Saya masih ingat betul memasak dan meracik bumbu taco di rumah kos.Hanya ditemani dua orang sahabat sebagai tester,”ujar wanita asal Waru Sidoarjo ini. Pertama mencoba membuat taco,Dian hanya memasak dagingnya saja yang menjadi isi utama.

Satu kilogram daging giling ia campur dengan banyak rempahrempah untuk kemudian dipanggang tanpa minyak. “Yang jelas makanan Meksiko itu selalu kental dengan rasa rempah-rempah.Untuk taco saja ada lima jenis rempah-rempah yang dipakai,” paparnya.Baru sekali mencoba dua orang temannya langsung berkata enak tanpa cela sedikitpun sehingga membuat Dian makin heran saja.

“Kupikir waktu itu aku salah mengajak teman. Mungkin karena mereka berdua begitu doyan makan apa saja makanya bilang enak,”imbuhnya sambil tertawa. Tapi memang betul saja waktu dian sendiri mencoba, daging olahannya begitu enak terasa di lidah.Sayangnya hanya kurang tastyuntuk lidah orang Indonesia.Selama beberapa hari kemudian Dian berpikir keras untuk sedikit menambahkan bumbu agar cocok dengan selera Indonesia.

“ Jujur saja memang taconya enak tapi kurang berasa,” kata Dian.Alhasil ia memberanikan diri untuk menambahkan rasa asin dan pedas pada daging olahannya itu. Percobaan kedua inipun sengaja ia buat secara total. Sebuah kulit mirip kulit lumpia ia isi dengan daging olahannya yang sudah berasa rempah,asin dan pedas.

Kemudian ia tambahkan sayuran segar,tomat dan saus. Saat dicoba dua orang temannya langsung sepakat jika Dian menjualnya. Sayangnya,Dian sendiri tak punya banyak modal. Terbentur dana Dian pun sedikit menunda usahanya. Baru pada tengah tahun 2007,Dian mendapat sebuah gerobak bekas berjualan roti bakar milik temannya dengan harga murah.Tanpa piker panjang,ia membeli gerobak itu untuk dipakainya berjualan taco.

Gerobak itupun kemudian ia cat ulang dan diberi gambar seorang pria Meksiko dengan topi dan kumis yang lebat.Berlokasi di depan kampus Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Dian menggelar dagangan. Selama beberapa bulan gerobak yang diberi nama Mr.Meksiko sepi pembeli. “Saya sudah mau putus asa sebenarnya karena pembelinya sedikit.Tapi mereka yang pernah merasakan taco saya selalu bilang enak.Sampai ada kabar akan ada bazar di kampus Brawijaya saya kemudian bermaksud untuk mengikutinya,” ujar Dian.

Benar saja baru sekali berjualan dalam pameran,Mr Meksikonya laris jadi camilan.Hari pertama saja sudah punya omset Rp750 ribu.Padahal waktu itu Dian hanya menjual murah taco nya.Sebuah taco Cuma ia hargai Rp5 ribu saja. Sejak itulah usahanya mulai berkembang cepat. Ditambah lagi wanita bertubuh mungil ini aktif mengikuti seminar dan bergabung dengan berbagai komunitas pengusaha kecil.Lengkap lagi kini ia sudah resmi menjadi istri seorang desainer.

Suaminya yang bernama Iin Budiyanto membuat gerobaknya dan semua kemasan taco menjadi lebih bagus. Tepat mulai tahun 2009,Dian pun merubah Mr Meksiko-nya menjadi Mr.Tacoz. Untuk mengembangkan sayapnya,Dian pun memberanikan diri untuk membuka franchise Mr.Tacoz.Pertama membuka harga,Mr.Tacoz hanya dijual sebesar Rp 10 juta saja.

Setelah dua tahun,Mr Tacoz mulai dikenal dan telah membuka 36 outlet.Mereka tersebar di Jakarta,Bandung, Tangerang,Surabaya,Yogyakarta, Solo,Malang,Cibubur, Garut, Jember, Dumai, Makasar, Pontianak,Pekanbaru, Ternate dan Lombok.Dan kini gerobak bekas roti bakar itu terpajang di depan rumahnya untuk dijadikan tempatnya melakukan riset baru. OKTALIA ARY Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar